“Bagaimanapun jua tiap orang bangga jika banyak hartanya. Bagaimanapun jua, tiap orang bangga jika anak-anaknya ‘Jadi orang’ memenuhi apa yang dia harapkan. Tetapi oleh karena keduanya itu perhiasan, keduanya pun dapat menjadi fitnah, artinya menjadi percobaan bagi keteguhan Iman.”
(Buya Hamka, dalam Tafsir Al-Azhar)
Ini bukan fitnah dalam Bahasa Indonesia yang artinya perkataan bohong atau tanpa berdasarkan kebenaran yang disebarkan dengan maksud menjelekkan orang (seperti menodai nama baik, merugikan kehormatan orang) ya. Fitnah yang dimaksud ini adalah fitnah dalam bahasa arab.
Fitnah dalam Bahasa Arab seringkali diartikan Al-Balaa’ (cobaan, musibah), dalam artian digunakan untuk menunjukan sesuatu yang dapat memberikan tekanan kepada manusia, baik berupa kesusahan maupun kesejahteraan.
Al-Qur’an sendiri menjelaskan bahwa Fitnah bisa berupa kebaikan dan bisa juga berupa keburukan, “Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya).” (QS. Al-Anbiya’ [21]: 35)
Al-Qur’an menyebut anak sebagai fitnah bagi kedua orangtuanya, “Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar.” (QS. At-Taghaabun [64]: 15)
Ibnu Katsir menjelaskan dalam tafsirnya, “Sesungguhnya harta benda dan anak itu adalah fitnah. Artinya harta dan anak itu akan menjadi bahan ujian dan cobaan dari Allah SWT bagi makhluk-Nya agar Dia mengetahui siapakah hamba-hamba-Nya yang taat dan durhaka kepada-Nya.”
Keberadaan anak merupakan ujian bagi orang tuanya. Mungkin perilakuknya yang menguji kesabaran kita. Mungkin mendidiknya yang butuh ketekunan lebih. Atau mungkin kecintaan padanya yang berlebihan yang membuat seseorang melalaikan dari-Nya.
Kehadiran anak adalah ujian dari Allah SWT untuk kita. Apakah dengannya kita akan semakin taat kepada-Nya atau justru melalaikan-Nya karena sibuk dengannya?
Ada yang menarik dalam kata Fitnah ini. Raghib Al-Asfahani dalam Mufrodat fii Ghoribil Qur’an menyampaikan bahwa kata Fitnah seakar dengan kata Fatana yang bermakna memasukan emas ke dalam api untuk membedakan antara emas yang memiliki kualitas bagus dan yang jelek.
Dari makna ini, salah satu pelajaran yang bisa kita ambil adalah: ketika Allah SWT menjadikan anak kita sebagai fitnah, itu berarti Allah SWT ingin melihat kita: apakah kita orang tua yang memiliki kualitas bagus atau orang tua yang kualitasnya jelek. Orang tua yang memiliki kualitas bagus adalah ketika anak-anaknya membuatnya menjadi lebih bertakwa kepada Allah SWT. Ia mengajak anak-anaknya untuk sama-sama beriman dan taat kepada Allah SWT.